Senin, 18 April 2011

PTOSIS

Kelopak mata turun/menggantung dan tidak dapat membuka dengan sempurna disebut dengan Ptosis. Secara medis, Ptosis adalah  kondisi kelopak mata yang tidak dapat membuka dengan optimal (kelopak mata turun/menggantung) ketika memandang lurus ke depan (Drooping eye lid), tidak seperti mata normal pada umumnya. Secara fisik, ukuran bukaan kelopak mata pada ptosis lebih kecil dibanding mata normal.


Normalnya kelopak mata terbuka adalah = 10 mm. Ptosis  biasanya mengindikasikan  lemahnya fungsi dari otot levator palpebra superior ( otot kelopak mata atas ).  Rata – rata lebar fisura palpebra / celah kelopak mata pada posisi tengah adalah berkisar 11 mm, panjang fisura palpebra berkisar 28 mm. Rata – rata diameter kornea secara horizontal adalah 12 mm, tetapi vertikal adalah  = 11 mm. Bila tidak ada deviasi vertikal maka refleks cahaya pada kornea berada 5,5 mm dari batas limbus atas dan bawah. Batas kelopak mata atas biasanya  menutupi  1.5 mm kornea bagian atas, sehingga batas kelopak mata atas di posisi tengah seharusnya 4 mm diatas reflek cahaya pada kornea. Jika batas kelopak mata atas menutupi kornea 1 atau 2 mm kebawah masih dapat dikatakan normal, termasuk ptosis ringan, jika menutupi kornea 3 mm termasuk ptosis sedang, dan jika menutupi kornea 4 mm termasuk ptosis  berat.
Jenis / tipe ptosis
Ptosis secara garis besar dibagi menjadi 2 type:
1. Congenital Ptosis (dibawa sejak lahir).
2. Acquired Ptosis (didapat).
Ptosis congenital ada sejak lahir dan biasanya mengenai satu mata dan hanya 25% mengenai ke 2 mata. Ptosis terjadi karena kesalahan pembentukan (maldevelopment) otot kelopak mata atas dan tidak adanya lipatan kelopak mata, tetapi kerusakan mendasarnya kemungkinan timbul pada persarafan dibandingkan otot itu sendiri, karena sering ditemukan lemahnya otot rektus superior yang dipersarafi oleh Saraf / Nervus III.
Ptosis yang terjadi pada masa perkembangan bayi dapat menyebabkan amblyopia, yang terjadi pada satu atau kedua mata dimana kelopak mata menutupi visual axis, terutama jika berhubungan dengan ptosis kongenital (ptosis yang didapat dari lahir). Amblyopia dari ptosis berhubungan dengan astigmatisme tinggi. Ptosis menimbulkan tekanan pada kelopak mata dan dengan waktu dapat merubah bentuk kornea yang menimbulkan cylinder tinggi. Anak – anak dengan congenital ptosis dan amblyopia harus dipertimbangkan untuk melakukan operasi ptosis, dan kelainan refraksi yang mereka miliki harus diterapi dengan kontak lens, dan untuk amblyopianya harus dilakukan terapi oklusi (tutup mata).
Acquired ptosis sering terlihat pada pasien berusia lanjut. Umumnya disebabkan bertambah panjangnya (stretching) otot levator palpebra (otot yang berfungsi mengangkat kelopak mata), trauma/pasca kecelakaan, pertambahan usia, pengguna contak lens dan luka karena penyakit tertentu seperti stroke, diabetes, tomor otak, kanker yang mempengaruhi saraf atau respon otot, horner sindrom dan myasthenia gravis.
Symptoms / Gejala
·         Jatuhnya / menutupnya kelopak mata atas yang tidak normal.
·         Kesulitan membuka mata secara normal.
·         Peningkatan produksi air mata.
·         Adanya gangguan penglihatan.
·         Iritasi pada mata karena kornea terus tertekan kelopak mata.
·         Pada anak akan terlihat guliran kepala ke arah belakang untuk mengangkat kelopak mata agar dapat melihat jelas.
Pemeriksaan
Ketika melakukan pemeriksaan, yang pertama kali diperhatikan adalah penyebab dari ptosis itu sendiri. Dibawa sejak lahir atau disebabkan oleh penyakit tertentu atau disebabkan oleh trauma. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan:
·         Tes tajam penglihatan, tes kelainan refraksi, hasil refraksi dengan sikloplegic juga harus dicatat.
·         Kelainan strabismus / mata juling.
·         Produksi air mata (Schirmer test).
·         Diameter pupil dan perbedaan warna iris pada kedua mata harus diperiksa  pada kasus Horner Syndrome.
·         Tinggi kelopak mata atau fissure palpebra diobservasi dan diukur. Pengukuran dilakukan dalam millimeter (mm), di ukur berapa besar mata terbuka pada saat melihat lurus / kedepan,  melihat ke atas dan kebawah.
·         Foto lama dari wajah dan mata pasien dapat dijadikan dokumentasi untuk melihat perubahan pada mata.
Treatment / pengobatan
Observasi hanya dibutuhkan pada kasus congenital ptosis sedang (mild congenital ptosis), jika tidak terdapat tanda amblyopia, strabismus dan jika terdapat ketidaknormalan posisi kepala.
·         Pasien harus dievaluasi setiap 3 atau 4 bulan untuk menangani amblyopia pada congenital katarak. Foto luar mata dapat membantu memonitor pasien.
·         Guliran kepala harus diperhatikan , jika pasien sering mengangkat dagunya (chin up posture), menandakan bertambah buruknya ptosis, disarankan untuk melakukan operasi.
·         Pasien harus diperiksa akan adanya astigmatisme disebabkan tekanan dari kelopak mata.
Operasi ptosis/ surgical care
Ptosis biasanya tidak terperbaiki dengan waktu, dan membutuhkan operasi sebagai penyembuhan, khususnya operasi plastic dan reconstructive. Operasi ini ditujukan untuk memperkuat otot levator palpebra.
Koreksi ptosis dengan operasi pada kasus congenital ptosis dapat dilakukan pada berbagai usia, tergantung dari keparahan penyakitnya. Intervensi awal dibutuhkan jika terdapat tanda – tanda amblyopia dan ocular torticollis. Beberapa kasus ocular torticollis menghambat pergerakan (mobility) pada bayi dan anak – anak disebabkan masalah keseimbangan pada posture kepala dan dagu yang terangkat. Jika tidak terlalu mendesak /urgent, operasi dapat ditunda hingga usia 3 atau 4 tahun.
Prognosis/ masa depan
·         Perbaikan congenital ptosis dengan operasi mengembalikan fungsi otot levator palpebra yang baik dan juga dari segi kosmetik.Dengan observasi dan pengobatan yang benar, amblyopia dapat diperbaiki dengan sukses. 

Diplopia

Diplopia adalah persepsi dari 2 gambar dari sebuah objek tungga. Diplopia dibagimenjadi dua yakni diplopia monokular atau binokular. Diplopia monokular yaitudiplopia yang hanya terjadi pada satu mata. Penglihatan ganda muncul saat salahsatu mata ditutup. Diplopia binokular yaitu penglihatan ganda terjadi apabilasubjek melihat dengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup.
Etiologi
Diplopia binokular disebabkan oleh ketidakserasian okuler, persambunganmioneural (misalnya miastenia gravis), atau otot-otot ekstraaokuler itu sendiri.Miastenia  gravis  biasanya  dapat  didiagnosis  dengan  tes  edroponium  atauprostigmin. Pembatasan fungsi otot ekstraokluer dapat akibat inflamasi (miositisorbital), infiltrasi (oftalmologi tiroid atau penyakit metastatik) atau terperangkap(fraktus lantai orbita). Setelah penyakit-penyakit restriktif dan miastenia gravisdapat disingkirkan maka penyebab utama diplopia binokuler adalah lesi saraf kranialis.

Saraf okulomotor (saraf kranialis ketiga):Kompleks nuklear okulomotor (saraf ketiga) adalah struktrur garis tengah yangpadat dalam otak tengah rostral yang mengandung motor somatik dan nukleusvisceral. Neuron motorik memproyeksikan secara ipsilateral ke otot rektus medial,rektus inferior, dan oblik superior dan secara kontralateral ke otot rektus superior.Satu  nukleus  kaudal  sentral  menginervasi  levator  palpebra  superior  secarabilateral. Akson-akson dari nuklei viseral memproyeksikan secara ipsilateralsebagai preganglion, aliran ke luar parasimpatis ke sfingter pupil dan akomodasi.lesi saraf ketiga lengkap menyababkan ptosis dan ketidakmampuan memutar matake atas, ke bawah, atau ke nasal. Waktu istirahat, mata berdeviasi ke bawah dantemporal. Sfingter iris mungkin dapat terkena atau belum, seperti ditentukan olehukuran pupil dan rekativitas. Trauma kepala dengan atau tanpa fraktur tengkorak merupakan  penyebab  utama  kelumpuhan  saraf  okulomotor  dan  perlu  jugadipertimbangkan adanya tumor.

Saraf troklearis (saraf kranialis keempat)Neuron dari nukleus saraf keempat terletak di bagian dorsal medula oblongatarostral  pada  tingkat  kolikuli  inferior,  berdampingan  dengan  ujung  kaudalkompleks okulomotor. Akson berjalan secara dorsal dan bersilangan pada velummedula anterior (atap ventrikel keempat), di mana akson ini rentan terhadaptrauma kepala. Saraf keluar dari medula oblongata dorsal, menyilang arteriserebelaris superior, berjalan ke depan pada sinus kavernosus, dan memasukiorbita melalui fisura orbitalis superior untuk menginervasi otot oblik superior.Kelumpuhan oblik superior menyebabkan diplopia vertikal dengan hipertropiadan  eksiklotorsi  mata.  Beberapa  pasien  mengkompensasi  ini  dneganmengadapatasi dorongan kepala ke arah sisi yang tidak terkena. Trauma kepala,terutama cedera tumpul frontal adalah penyebab paling sering dari kelumpuhansaraf  troklearis unilateral dan bilateral. penyebab kedua yang paling sering darikelumpuhan saraf troklearis adalah neuropati iskemik, sering disertai denganpenyakit pembuluh darah yang kecil seperti diabetes (mononeuritis multipleks).

Saraf abdusen (saraf kranialis keenam)Nukleus abdusen terletak di bawah lantai vntrikel keempat dan lateral dari garistengah pons pada persambungan pons dan medula. Nukleus abdusen mengandungneuron motorik yang menginervasi oto rektus lateral ipsilateral dan kelompok interneuron di mana akson-aksonnya melalui garis tengah dan naik di dalamfasikulus longitudinal medialis mencapai subnukleus okulomotor kontralateralmenginervasi otot rektus medialis dari mata sebelahnya. Nukleus abdusen rentanterhadap abnormalitas timbulnya cedera pada usia dini.DiagnosisRiwayat perjalanan penyakit menentukan apakah diplopia ini  melibatkansatu atau kedua mata, apakah diplopia adalah intermiten atau konstan, dan apakahgambar dipisahkan secara vertikal, horizontal, atau keduanya. Setiap rasa sakityang terkait dicatat, serta apakah itu terjadi dengan atau tanpa gerakan mata.

Dalam  anamnesis  juga  harus  dilihat  apakah  ada  riwayat  hipertensi,diabetes,  atau  keduanya;  aterosklerosis,  khususnya  termasuk  penyakitserebrovaskular, dan penyalahgunaan alkohol.Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan umum dan pemeriksaantanda-tanda vital. Pemeriksaan mata dimulai dengan mengukur ketajaman visual(dengan  koreksi)  di  setiap  mata  dan  keduanya  bersama-sama,  yang  jugamembantu  menentukan  apakah  diplopia  adalah  monokular  atau  binokular.Pemeriksaan mata harus melihat apakah ada penonjolan dari salah satu mata ataukedua  mata,  kelopak  mata  terasa  berat,  kelainan  pupil,  dan gerakan  matadisconjugate dan nystagmus selama pengujian motilitas okular. Oftalmoskopiharus  dilakukan, khususnya mencatat  segala kelainan  dari lensa (misalnya,katarak, perpindahan) dan retina (misalnya, detasemen).Temuan berikut perhatian khusus:
Defisit lebih dari satu saraf kranial
Adanya keterlibatan pupil
Setiap gejala neurologis atau tanda-tanda selain diplopia
Pain Sakit
ProptosisTemuan yang dapat mengindikasikan terjadinya defisit dari saraf kranial:
Saraf III: kelopak mata terasa berat, mata melenceng ke arah bawah,pelebaran pupil kadang-kadang
Saraf IV: Vertikal diplopia buruk pada pandangan ke bawah; pasienmemiringkan kepala untuk memperbaiki penglihatan
Saraf VI: mata menyimpang medial, diplopia buruk pada pandanganlateral; pasien ternyata kepala untuk memperbaiki penglihatanNyeri menyatankan adanya lesi tekan atau gangguan inflamasi.Untuk diplopia binokular, pasien dengan kelumpuhan saraf tunggal, responcahaya normal pupil, dan tidak ada gejala lain atau tanda-tanda biasanya dapatdiamati tanpa pengujian selama beberapa minggu. Banyak kasus menghilangsecara spontan. Ophthalmologik evaluasi dapat dilakukan untuk memantau pasiendan bantuan lebih lanjut menggambarkan defisit.

Sebagian besar pasien lainnya memerlukan neuroimaging dengan MRI (CT bisadiganti jika ada kekhawatiran tentang sebuah benda asing logam intraokular ataujika  MRI  dinyatakan  kontraindikasi  atau  tidak  tersedia)  untuk  mendeteksikelainan orbital, tengkorak, atau SSP. Imaging perlu segera dilakukan bagimereka yang temuan ini menunjukkan infeksi, aneurisma, atau akut (<3 jam)stroke.Mereka dengan manifestasi dari 'penyakit Graves harus memiliki tes tiroid serumtiroksin [T dan thyroid-stimulating hormone [TSH] tingkat) dilakukan. Pengujianuntuk  myasthenia  gravis  dan  multiple  sclerosis  harus  benar-benar dipertimbangkan untuk mereka dengan diplopia berselang.PengobatanPengobatan manajemen gangguan yang mendasarinya.


Minggu, 17 April 2011

OVERVIEW METABOLISM

OVERVIEW METABOLISM


Metabolisme zat gizi
Zat gizi utama seperti :
  Karbohidrat
  Protein
  Lemak
Akan  Dicerna dalam saluran cerna
    Diserap oleh darah
    Dimetabolisme via zat antara     (Intermediet)

Metabolisme intermediet

Melalui:
  Jalur anabolik  ( sintesis)
  Jalur katabolik ( oksidasi, pelepasan energi dalam bentuk Fosfat energi tinggi, Ekivalen pereduksi)
  Jalur amfibolik ( pd persimpangan metabolisme. Penghubung Anabolik dan katabolik)

Metabolisme normal
Merupakan persyaratan logis utk memahami met. Abnormal
Mencakup variasi dan adaptasi thd:
  Kelaparan
  Olahraga
  Kehamilan
  Laktasi

Metabolisme abnormal
Menjadi dasar patobiologi berbagai penyakit
Disebabkan oleh :
  Defisiensi zat gizi
  Defisiensi enzim
  Sekresi hormon abnormal ( diabetes melitus)

METABOLISME KARBOHIDRAT

























METABOLISME ASAM LEMAK














































Metabolisme glukosa

Glikolisis– TCA – Oksidasi fosforilasi –ATP
Konversi jadi glikogen
Lintasan pentosa fosfat, mrpk sumber ekivalen pereduksi biosintesis lemak dan nukleotida
Triosa fosfat, menghasilkan gliserol
Piruvat dan zat antara TCA menyediakan rangka karbon utk sintesis Asaamino
Asetil Ko-A:
  Unsur pembentuk Asam lemak rantai panjang
  Bahan utk biosintesis kolesterol
Glukoneogenesis:
  Pembentukan glukosa dari laktat, asam amino dan gliserol

Metabolisme lipid
Terutama berhubungan dg asam lemak dan kolesterol
Asam lemak : makanan , sintesis sari asetil Ko-A
Dalam jaringan asam lemak mengalami :
  Oksidasi
  Esterifikasi jadi asil gliserol ( cadangan utama kalori tubuh)
Ko enzim A: Dioksidasi jadi O2 dan CO2 Sumber atom C kolesterol Dalam hati menjadi benda keton
Benda ketonmerupakan bahan bakar alternatif larut dalam air sumber energi pada kelaparan




METABOLISME ASAM AMINO


















Metabolisme asam amino
Asam amino esensial dan non-esensial
Disintesis dari zat antara dg transaminasi. Setelah deaminasi jadi ion ammonium , selanjutnya
dijadikan ureum dan diekskresi
Rangka karbon asam amino :  dioksidasi jadi CO2 mlli TCA membentuk glukosa membentuk benda keton
Perkursor purin, pirimidin, hormon (epifeprin, tiroksin)


Penelitian lintasan metabolik
Tingkat organ dan jaringan tubuh

TRANSPORT DAN ALUR SUBSTRAT LIPID DAN METABOLIT























LOKASI INTRASEL DAN GAMBARAN METABOLISME UTAMA






























MEKHANISME KONTROL REAKSI YANG DIKATALISIS ENZIM


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms